Sabtu, 26 Desember 2015

History East Java

Bagian I
Pada zaman dahulu kalaaa, ketika agama Hindu masih berpengaruh kuat di pulau Jawa, Hiduplah seorang laki-laki berderajat Paria bernama Polaman. Sesuai dengan derajatnya yang hina-dina, pekerjaan Polaman sehari-harinya hanya mengimis dari satu desa ke desa lain. Karena pekerjanya itu Polaman sering dihina dan dicaci-maki orang-orang.tetapi Polaman tidak merasa sakit hati mendapat hinan semacam itu.
Pada suatu hari, seperti biasanya Polaman berkeliling dari rumah ke rumah, desa ke desa, untuk mendapatkan sedekah. Setelah agak jauh berjalan, Tiba-tiba Polaman melihat seorang perempuan sedang menangis di bawah pohon yang agak terpencil dari keramaian.
 “Apa yang sedang kau tangisi, saudaraku?” tanya Polaman (suara laki-laki lembut)
Sambil melirik jijik perempuan itu membentak Polaman dengan kata-kata kasar. “Uwek, idih! Aku bukan saudaramu! Karena aku berderajad Brahma!”.
Perempuan itu menangis lagi. (heks heks heks) sambil menutupi mukanya yang ternyata sebagian kulit mukanya melepuh.
“Maafkanlah aku, karena aku tidak tahu bahwa aku tengah berhadapan dengan wanita kasta terhormat. Aku hanya merasa iba dengan tangismu”
Wanita itu terus menangis saja. dan Polaman beranjak pergi.
“Tunggu, bisakah kau menolongku, maukah kau membeli ikan-ikanku yang ada di dalam kerjang itu”ujar perempuan itu.
“ikan-ikan itu benar-benar membuatku bingung dan ikan-ikan ini pembawa celaka bagiku. Ketika aku akan merebusnya, ikan-ikan ini berlompatan dari dalam kuali, sehingga wajahku yang halus ini terciprat air panas dan sedikit melepuh”
“aku tidak punya cukup uang untuk membelinya” kata Polaman
“tak apalah, kua ambil saja” ujar perempuan itu seraya pergi meningalkan Polaman.
Dari luar kerajang diperhatikanya ikan-ikan yang baru saja ia beli, tiba-tiba berlompatanlah ikan-ikan itu dari dalam keranjang. Dan salah satu ikan lompatanya sangat ganjil, mirip lompatan belalang. Dalam hatinya Polaman bergumam “ini pasti bukan ikan biasa”.
Bagian 2
Dengan hati yang sangat gembira, Polaman membawa keranjang berisi ikan-ikan aneh itu. “Aku akan makan ikan besar hari ini ikan-ikan yang kubawa ini pasti lezat”.
Tiba-tiba terdengar suara perlahan tetap jelas. “Tidak, aku tidak enak dimakan”.
Polaman terkejut, lalu menoleh kekanan-kirinya. Namun tak ada seorang manusia pun tampak disekitarnya. Polaman melanjutkan perjalananya menuju rumahnya. Setelah beberapa lama berjalan sampailah ia di tengah hutan perbatasan desa. Setelah memasuki hutan, Polaman semakin lapar.
“Sebaiknya kubakar saja beberapa ekor ikan aneh ini, untuk menghilangkan rasa laparku,” pikirnya sambil duduk di bawah sebuah kayu yang rindang.
Tapi lagi-lagi terdengar suara itu: “Laparmu tidak akan hilang dengan makan ikan itu, Polaman”
 Polaman terperenjat “Hai, siapa kamu, Kelaurlah!”
Namun, yang terdengar sebagai jawaban hanyalah desiran angin yang menggoyangkan dedaunan di dalam hutan belantara. Polaman makin heran bercampur cemas dan takut, sehingga rasa laparnya hilang. Di saat Polaman melanjutkan istirahatnya tiba-tiba ia mendapati keranjang yang ia bawa bergerak  tak sewajarnya. Seperti ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam kranjang.
Polaman keheranan dan bercampur penasaran. Dengan perasan penasaran, takut, dan tegang. Ia menghampiri keranjang tersebut dan mencoba membuka tutup keranjang tersebut. sedikit gemetar Polaman membuka keranjang itu dilihatnya keranjang itu bergerak semakin tak terkendali. Polaman berhasil memegang tutupnya, dan dibukalah tutup keranjang tersebut. WAAH  Meloncatlah salah satu ikan yang berada dalam keranjang tersebut.
“POLAMAAAANNN!” Teriak Ikan itu. (trang,tang tang, tang, tang)
“HAAAAA!!!!!!!!” Teriak Polaman karena kaget.
“polaman, polaman, polaman, polaman!” panggil ikan itu sambil meloncat-loncat.
“Ha ha ha HAAAAAA!!!” Polaman berteriak kembali.
Polaman berlari kesemak terdekat dan bersembunyi  sambil ketakutan.
“tidak mungkin, tidak mungkin, mustahil ikan bisa berbicara, aku sudah gila” polaman bergumam sambil tersengal-sengal nafasnya karena rasa takut dan diikuti memukuli kepalanay sendiri.
“Hai Polaman, Polaman.... yang bersembunyi dalam semak, keluarlah jangan takut, aku bukan hantu he he he.” pangil ikan itu sambil diiringi tawa mengejek Polaman
Polaman bingung dan masih ketakutan. (ekspresi orang bingung bercampur ketakutan). Ikan itu masih memangil nama Polaman.
“Oh Dewa kenapa ikan itu terus memangil namaku Ooooh” gumam Polaman makin bertambah bingung.
“P. O. L. A. M. A. N., kua tidak perlu takut keluarlah, aku takkan melukaimu, aku hanya meminta pertolonganmu, keluarlah akan aku ceritakan semuanya” Jelas ikan itu dengan riangnya.
Polaman bingung tetapi kali rasa takutnya sedikit reda sekarang.
“P.O.L.A.M.A.N  ayolah keluar, akan aku jelaskan semua, kita tak punya banyak waktu lagi, tolonglah aku, sebelum fajar tiba aku harus sampai di telaga yang berada pada ujung hutan ini”pinta ikan itu.
Polaman terhenyak kini rasa takutnya benar-benar hilang, dan rasa penasarannya kian menjadi. Dengan segenap hati ia menghampiri keranjang itu. Ia melongok ke dalamnya. Dilihatnya ikan itu bergerak ke sana ke mari sendiri (gerakan ikan) sementara ikan yang lain berdiam dan tenang.
“Iiiikan, ini aku Polaman” tegur Polaman sambil terbata-bata
“hah, o hai Polaman cepatlah tolong aku,” sapa ikan itu riyang
“tototolong?, kau ini ikan kenapa bisa berbicara” tanya Polamana terbata-bata
“hehehe aku ini ikan spesial, yang berasal dari kolam dewa Brahmana dan aku adalah hewan kesayangan Dewa Brahmana hehehe, em gini gini walaupun aku ikan tapi, aku bukan ikan sembarangan, aku i n i ikan setengah dewa hehehe oya aku juga imut kan (ting)” jelas ikan itu dengan riangnya.
“ hah, benarakah?, lalu kenapa kau di bumi, bukan dikayangan para dewa” tanya Polaman Penasaran
“hehehe aku berada di bumi karena aku mendapat tugas Dewa Brahmana untuk membuat telaga yang berada di ujung hutan ini menjadi danau” jelas ikan itu
“kenapa di ubah menjadi danau?” tanya Polaman panasaran
“emm karena jika menjadi telaga airnya lama-lama akan kering dan tidak cukup menghidupi seluruh pohon yang berada di hutan ini” jelas ikan itu
“kenapa aku yang harus menolongmu ? aku cuman berkasta paria” tanya Polaman
“hehehe walau kau berkasta paria, tapi kau berhati baik, lembut, jujur, dan pemaaf, kau juga suka menolong orang meskipun kau tak punya apa-apa, Dewa Brahmana melihat itu semua loh dari atas kayangan” jelas ikan itu
Polaman menjadi diam sejenak dan dia berfikir sejenak
“Kenapa kau diam, ayo lekas berangkat, tolong aku, tolong aku, tolong aku” pinta ikan tersebut.
“tapi untuk sampai ke ujung ini, akan banyak bahaya yang mengancam kita, karena  bagian dalam  hutan ini  banyak dihuni binatang buas yang sangat menyeramkan, terutama seekor macan kumbang yang menghuni hutan ini,  larinya sangat cepat bak angin dan kemunculanya pun tanpa di duga-duga bak hantu, banyak sudah yang menjadi korbanya para pencari kayu wangi di hutan dalam selalu meningal karena digigitnya” jelas Polaman
“hehehe tenang saja Polaman aku kan ada... “ dengan sriangnya ikan itu menenangkan.
“ baiklah aku akan berusaha menolongmu, kita berangkat sekarang karena hari sudah semakin sore” tegas polaman
Polaman dan Ikan itu pun bergegas berangkat ke dalam hutan, mereka ke dalam hutan semakin dalam, hawa dinging menregap tubuh polaman, perasaan aneh, ganjil, dan aneh menyeliputi hati Polaman, sesekali bulu kuduknya berdiri merinding dibuatnya, tapi polaman tetap yakin pada tujuanya untuk menolong ikan itu samapai pada ujung huatan ini.
Ketika waktu sudah sepertiga malam dan  Polaman beserta ikan itu hampir menuju ujung hutan ini, Tiba-tiba persaan yang sangat ganjil menyergap seketika. Polaman merinding di buatnya, ingin melangkah maju tapi seakan daya lemah dibuatnya, dalam hatinya Polaman merasa ada sesuatu yang memperhatikannya, dalam hatinyapun ia menduga pasti macan kumbang itu.
Maka Polaman segera mempercepat langkahnya, semakin ia mempercepat langkahnya makin cepat, makin cepat, makin cepat, seketika ia terhenti, seperti ada sesuatu yang berdiri dibelakang Polaman. Polaman dengan begetar menoleh kearah belakang. BUKAN MAIN KAGETNYA !!! POLAMAN, ia mendapati macan kumbang di belakang Polaman dengan wajah garang dan matanya yang tajam memandang Polaman dengan sadisnya. Ikan yang berada dalam keranjang pun ikut bingung kenapa Polaman berhenti tiba-tiba lalu ia bertanya kepada Polaman.
“Polaman kenapa berhenti”. Tanya ikan itu.
“Mamamacaan Kumkumkummbang itu, kini berdiri di belakang kita ikan” jelas polaman terbata-bata.
“APA!, baikalah begini saja Polaman, kau harus berlari secepat mungkin menuju ujung telaga lari setelah sampai kau lemparkanlah aku ke dalam telaga, untuk memperlambat lari macan itu, kau lemparkanlah ikan-ikan ini sebagai pegecohnya” jelas ikan itu.
“Baiklah, ikan” Kata Polaman
“Mari kita hitung barasama satu, dua, tiga..... Lari Polaman!!!!!!!!!!!” teriak Ikan
“Yaaaaaaaa!!!!!!!!!”
Polaman berlari secepat mungkin macan kumbang mulai mengejarnya, larinya bukan main dahsyatnya, Polaman hampir saja kena cabikan cakarnya, di saat macan kumbang itu berlari hampir mendekati Polaman, Polaman melemparkan satu ikan untuk mengecoh macan kumbang, “ini untukmu” Teriak Polaman sambl melempar ikan. Macan kumbang pn terkecoh, tapi kemudian ia mengejar Polaman lagi, begitu seterusnya.
Telaga tampak suadah, Polaman mempercepat larinya, celakanya ikan sebagai pengecoh tinggal satu, dan subuh telah hampir berganti fajat, suasana kian mencekam antara ikan, polaman, dan si macan kumbang.
Macan Kumbang semakin mendekat, Polaman harus melemparkan ikan terakhir.
“ini untukmu yang terakhir macaaannnnn” Teriak Polaman.
Macan Kumbang kembali terkecoh, tapi sesegera mungkin macan kumbang kembali mengejar Polaman, ikan yang di dalam juga ikut merasakan ketegangan itu, ketika dengan cepatnya Polaman berlari dan hampir mendekati telaga, tiba-tiba kaki Polaman tersandung batu.
“Aaaaaa” teriak Polaman.
Keranjang ikan itupun jatuh tumpalah seluruh isinya, ikan dewa terpental di sisi telaga. Ikan itu mengglepar-glepar.
“Tolong aku Polaman, tolong aku Polaman” pinta tadi.
Polaman denga sekuat daya, berusaha bangun untuk menolong ikan itu, tapi sungguh tak disangka macan kumbang sedang berlari menuju Polaman, Polaman ketakutan dan nafasnya terengah-engah.
Tak berapa lama kemudian, kaget bukan main si macan. Cahaya yang terang benderang muncul dari dalam telaga, sinarnya begitu terang sehingga membuat mata macana kumbang buta tiba-tiba, macan pun mengaum sejadinya, ia berlari meninggalkan Polaman.
Polaman berdiri melihat ke arah telaga, betapa menakjubkan melihatnya, air dalam telaga itu bertambah banyak dan meluap bergemuruh hingga ketika sang fajar sudah tampak sinar kemerahan telaga itu pun Wush! Menjadi sebuah danau.
Pagi pun tealah tiba, Polaman duduk termenung di tepi danau itu, ia menunggu ikan Dewa itu muncul, tetapi ikan itu tak muncul-muncul juga, sampai berhari-hari Polaman menunggu ikan dewa tak jua muncul, akhirnya Polaman memutuskan untuk tinggal, menjaga, dan merawat danau itu.
Beberapa tahun kemudian Polaman menemukan kejayaan dalam hidupnya dari hasil bercocok tanam di pinggiran danau itu, danau itupun dikenal oleh masyarakat dengan “Danau Polaman”. Tak berapa lama kemudian ada beberapa orang yang meniru mengikutu jejak Polaman, tinggal dan hidup di tepi danau itu, tetapi ada permintaan yang sangat penting dari Polaman, ia meminta agar masyarakat yang tinggal di tepi danau itu untuk tidak memancing atau menangkap ikan yang berada di dalam danau, karena salah satu ikan dewa brahmana tinggal di dalam danau itu.
Penutup

Demikianlah cerita Asal-Usul Danau Polaman, Nah salah satu nasihat yang dapat kita ambil dari cerita rakyat ini adalah kita harus saling tolong-menolong dan menyanyangi semua makhluk ciptaan Tuhan. Samapai di sini dulu ceritanya Wassalamualaikum Wr. Wb.