Bagian I
Pada
zaman dahulu kalaaa, ketika agama Hindu masih berpengaruh kuat
di pulau Jawa, Hiduplah seorang laki-laki berderajat Paria bernama Polaman.
Sesuai dengan derajatnya yang hina-dina, pekerjaan Polaman sehari-harinya hanya
mengimis dari satu desa ke desa lain. Karena pekerjanya itu Polaman sering
dihina dan dicaci-maki orang-orang.tetapi Polaman tidak merasa sakit hati
mendapat hinan semacam itu.
Pada suatu hari, seperti
biasanya Polaman berkeliling dari rumah ke rumah, desa ke desa, untuk mendapatkan
sedekah. Setelah agak jauh berjalan, Tiba-tiba Polaman melihat seorang
perempuan sedang menangis di bawah pohon yang agak terpencil dari keramaian.
“Apa yang sedang kau tangisi, saudaraku?”
tanya Polaman (suara laki-laki lembut)
Sambil melirik jijik perempuan
itu membentak Polaman dengan kata-kata kasar. “Uwek, idih! Aku bukan saudaramu!
Karena aku berderajad Brahma!”.
Perempuan itu menangis lagi.
(heks heks heks) sambil menutupi mukanya yang ternyata sebagian kulit mukanya
melepuh.
“Maafkanlah aku, karena aku
tidak tahu bahwa aku tengah berhadapan dengan wanita kasta terhormat. Aku hanya
merasa iba dengan tangismu”
Wanita itu terus menangis saja.
dan Polaman beranjak pergi.
“Tunggu, bisakah kau
menolongku, maukah kau membeli ikan-ikanku yang ada di dalam kerjang itu”ujar
perempuan itu.
“ikan-ikan itu benar-benar
membuatku bingung dan ikan-ikan ini pembawa celaka bagiku. Ketika aku akan
merebusnya, ikan-ikan ini berlompatan dari dalam kuali, sehingga wajahku yang
halus ini terciprat air panas dan sedikit melepuh”
“aku tidak punya cukup uang
untuk membelinya” kata Polaman
“tak apalah, kua ambil saja”
ujar perempuan itu seraya pergi meningalkan Polaman.
Dari luar kerajang diperhatikanya
ikan-ikan yang baru saja ia beli, tiba-tiba berlompatanlah ikan-ikan itu dari
dalam keranjang. Dan salah satu ikan lompatanya sangat ganjil, mirip lompatan
belalang. Dalam hatinya Polaman bergumam “ini pasti bukan ikan biasa”.
Bagian 2
Dengan hati yang sangat
gembira, Polaman membawa keranjang berisi ikan-ikan aneh itu. “Aku akan makan
ikan besar hari ini ikan-ikan yang kubawa ini pasti lezat”.
Tiba-tiba terdengar suara
perlahan tetap jelas. “Tidak, aku tidak enak dimakan”.
Polaman terkejut, lalu menoleh
kekanan-kirinya. Namun tak ada seorang manusia pun tampak disekitarnya. Polaman
melanjutkan perjalananya menuju rumahnya. Setelah beberapa lama berjalan
sampailah ia di tengah hutan perbatasan desa. Setelah memasuki hutan, Polaman
semakin lapar.
“Sebaiknya kubakar saja
beberapa ekor ikan aneh ini, untuk menghilangkan rasa laparku,” pikirnya sambil
duduk di bawah sebuah kayu yang rindang.
Tapi lagi-lagi terdengar suara
itu: “Laparmu tidak akan hilang dengan makan ikan itu, Polaman”
Polaman terperenjat “Hai, siapa kamu,
Kelaurlah!”
Namun, yang terdengar sebagai
jawaban hanyalah desiran angin yang menggoyangkan dedaunan di dalam hutan
belantara. Polaman makin heran bercampur cemas dan takut, sehingga rasa
laparnya hilang. Di saat Polaman melanjutkan istirahatnya tiba-tiba ia
mendapati keranjang yang ia bawa bergerak
tak sewajarnya. Seperti ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam
kranjang.
Polaman keheranan dan bercampur
penasaran. Dengan perasan penasaran, takut, dan tegang. Ia menghampiri
keranjang tersebut dan mencoba membuka tutup keranjang tersebut. sedikit
gemetar Polaman membuka keranjang itu dilihatnya keranjang itu bergerak semakin
tak terkendali. Polaman berhasil memegang tutupnya, dan dibukalah tutup
keranjang tersebut. WAAH Meloncatlah
salah satu ikan yang berada dalam keranjang tersebut.
“POLAMAAAANNN!” Teriak Ikan
itu. (trang,tang tang, tang, tang)
“HAAAAA!!!!!!!!” Teriak Polaman
karena kaget.
“polaman, polaman, polaman,
polaman!” panggil ikan itu sambil meloncat-loncat.
“Ha ha ha HAAAAAA!!!” Polaman
berteriak kembali.
Polaman berlari kesemak
terdekat dan bersembunyi sambil
ketakutan.
“tidak mungkin, tidak mungkin,
mustahil ikan bisa berbicara, aku sudah gila” polaman bergumam sambil
tersengal-sengal nafasnya karena rasa takut dan diikuti memukuli kepalanay
sendiri.
“Hai Polaman, Polaman.... yang
bersembunyi dalam semak, keluarlah jangan takut, aku bukan hantu he he he.”
pangil ikan itu sambil diiringi tawa mengejek Polaman
Polaman bingung dan masih
ketakutan. (ekspresi orang bingung bercampur ketakutan). Ikan itu masih
memangil nama Polaman.
“Oh Dewa kenapa ikan itu terus
memangil namaku Ooooh” gumam Polaman makin bertambah bingung.
“P. O. L. A. M. A. N., kua
tidak perlu takut keluarlah, aku takkan melukaimu, aku hanya meminta
pertolonganmu, keluarlah akan aku ceritakan semuanya” Jelas ikan itu dengan
riangnya.
Polaman bingung tetapi kali
rasa takutnya sedikit reda sekarang.
“P.O.L.A.M.A.N ayolah keluar, akan aku jelaskan semua, kita
tak punya banyak waktu lagi, tolonglah aku, sebelum fajar tiba aku harus sampai
di telaga yang berada pada ujung hutan ini”pinta ikan itu.
Polaman terhenyak kini rasa
takutnya benar-benar hilang, dan rasa penasarannya kian menjadi. Dengan segenap
hati ia menghampiri keranjang itu. Ia melongok ke dalamnya. Dilihatnya ikan itu
bergerak ke sana ke mari sendiri (gerakan ikan) sementara ikan yang lain
berdiam dan tenang.
“Iiiikan, ini aku Polaman”
tegur Polaman sambil terbata-bata
“hah, o hai Polaman cepatlah
tolong aku,” sapa ikan itu riyang
“tototolong?, kau ini ikan
kenapa bisa berbicara” tanya Polamana terbata-bata
“hehehe aku ini ikan spesial,
yang berasal dari kolam dewa Brahmana dan aku adalah hewan kesayangan Dewa
Brahmana hehehe, em gini gini walaupun aku ikan tapi, aku bukan ikan
sembarangan, aku i n i ikan setengah dewa hehehe oya aku juga imut kan (ting)”
jelas ikan itu dengan riangnya.
“ hah, benarakah?, lalu kenapa
kau di bumi, bukan dikayangan para dewa” tanya Polaman Penasaran
“hehehe aku berada di bumi
karena aku mendapat tugas Dewa Brahmana untuk membuat telaga yang berada di
ujung hutan ini menjadi danau” jelas ikan itu
“kenapa di ubah menjadi danau?”
tanya Polaman panasaran
“emm karena jika menjadi telaga
airnya lama-lama akan kering dan tidak cukup menghidupi seluruh pohon yang
berada di hutan ini” jelas ikan itu
“kenapa aku yang harus
menolongmu ? aku cuman berkasta paria” tanya Polaman
“hehehe walau kau berkasta
paria, tapi kau berhati baik, lembut, jujur, dan pemaaf, kau juga suka menolong
orang meskipun kau tak punya apa-apa, Dewa Brahmana melihat itu semua loh dari
atas kayangan” jelas ikan itu
Polaman menjadi diam sejenak
dan dia berfikir sejenak
“Kenapa kau diam, ayo lekas
berangkat, tolong aku, tolong aku, tolong aku” pinta ikan tersebut.
“tapi untuk sampai ke ujung
ini, akan banyak bahaya yang mengancam kita, karena bagian dalam
hutan ini banyak dihuni binatang
buas yang sangat menyeramkan, terutama seekor macan kumbang yang menghuni hutan
ini, larinya sangat cepat bak angin dan
kemunculanya pun tanpa di duga-duga bak hantu, banyak sudah yang menjadi
korbanya para pencari kayu wangi di hutan dalam selalu meningal karena
digigitnya” jelas Polaman
“hehehe tenang saja Polaman aku
kan ada... “ dengan sriangnya ikan itu menenangkan.
“ baiklah aku akan berusaha
menolongmu, kita berangkat sekarang karena hari sudah semakin sore” tegas
polaman
Polaman dan Ikan itu pun
bergegas berangkat ke dalam hutan, mereka ke dalam hutan semakin dalam, hawa
dinging menregap tubuh polaman, perasaan aneh, ganjil, dan aneh menyeliputi
hati Polaman, sesekali bulu kuduknya berdiri merinding dibuatnya, tapi polaman
tetap yakin pada tujuanya untuk menolong ikan itu samapai pada ujung huatan
ini.
Ketika waktu sudah sepertiga
malam dan Polaman beserta ikan itu
hampir menuju ujung hutan ini, Tiba-tiba persaan yang sangat ganjil menyergap
seketika. Polaman merinding di buatnya, ingin melangkah maju tapi seakan daya
lemah dibuatnya, dalam hatinya Polaman merasa ada sesuatu yang
memperhatikannya, dalam hatinyapun ia menduga pasti macan kumbang itu.
Maka Polaman segera mempercepat
langkahnya, semakin ia mempercepat langkahnya makin cepat, makin cepat, makin
cepat, seketika ia terhenti, seperti ada sesuatu yang berdiri dibelakang
Polaman. Polaman dengan begetar menoleh kearah belakang. BUKAN MAIN KAGETNYA
!!! POLAMAN, ia mendapati macan kumbang di belakang Polaman dengan wajah garang
dan matanya yang tajam memandang Polaman dengan sadisnya. Ikan yang berada
dalam keranjang pun ikut bingung kenapa Polaman berhenti tiba-tiba lalu ia
bertanya kepada Polaman.
“Polaman kenapa berhenti”.
Tanya ikan itu.
“Mamamacaan Kumkumkummbang itu,
kini berdiri di belakang kita ikan” jelas polaman terbata-bata.
“APA!, baikalah begini saja
Polaman, kau harus berlari secepat mungkin menuju ujung telaga lari setelah
sampai kau lemparkanlah aku ke dalam telaga, untuk memperlambat lari macan itu,
kau lemparkanlah ikan-ikan ini sebagai pegecohnya” jelas ikan itu.
“Baiklah, ikan” Kata Polaman
“Mari kita hitung barasama
satu, dua, tiga..... Lari Polaman!!!!!!!!!!!” teriak Ikan
“Yaaaaaaaa!!!!!!!!!”
Polaman berlari secepat mungkin
macan kumbang mulai mengejarnya, larinya bukan main dahsyatnya, Polaman hampir
saja kena cabikan cakarnya, di saat macan kumbang itu berlari hampir mendekati
Polaman, Polaman melemparkan satu ikan untuk mengecoh macan kumbang, “ini
untukmu” Teriak Polaman sambl melempar ikan. Macan kumbang pn terkecoh, tapi
kemudian ia mengejar Polaman lagi, begitu seterusnya.
Telaga tampak suadah, Polaman
mempercepat larinya, celakanya ikan sebagai pengecoh tinggal satu, dan subuh
telah hampir berganti fajat, suasana kian mencekam antara ikan, polaman, dan si
macan kumbang.
Macan Kumbang semakin mendekat,
Polaman harus melemparkan ikan terakhir.
“ini untukmu yang terakhir
macaaannnnn” Teriak Polaman.
Macan Kumbang kembali terkecoh,
tapi sesegera mungkin macan kumbang kembali mengejar Polaman, ikan yang di
dalam juga ikut merasakan ketegangan itu, ketika dengan cepatnya Polaman
berlari dan hampir mendekati telaga, tiba-tiba kaki Polaman tersandung batu.
“Aaaaaa” teriak Polaman.
Keranjang ikan itupun jatuh
tumpalah seluruh isinya, ikan dewa terpental di sisi telaga. Ikan itu
mengglepar-glepar.
“Tolong aku Polaman, tolong aku
Polaman” pinta tadi.
Polaman denga sekuat daya,
berusaha bangun untuk menolong ikan itu, tapi sungguh tak disangka macan
kumbang sedang berlari menuju Polaman, Polaman ketakutan dan nafasnya terengah-engah.
Tak berapa lama kemudian, kaget
bukan main si macan. Cahaya yang terang benderang muncul dari dalam telaga,
sinarnya begitu terang sehingga membuat mata macana kumbang buta tiba-tiba,
macan pun mengaum sejadinya, ia berlari meninggalkan Polaman.
Polaman berdiri melihat ke arah
telaga, betapa menakjubkan melihatnya, air dalam telaga itu bertambah banyak
dan meluap bergemuruh hingga ketika sang fajar sudah tampak sinar kemerahan
telaga itu pun Wush! Menjadi sebuah danau.
Pagi pun tealah tiba, Polaman duduk
termenung di tepi danau itu, ia menunggu ikan Dewa itu muncul, tetapi ikan itu
tak muncul-muncul juga, sampai berhari-hari Polaman menunggu ikan dewa tak jua
muncul, akhirnya Polaman memutuskan untuk tinggal, menjaga, dan merawat danau
itu.
Beberapa tahun kemudian Polaman
menemukan kejayaan dalam hidupnya dari hasil bercocok tanam di pinggiran danau
itu, danau itupun dikenal oleh masyarakat dengan “Danau Polaman”. Tak berapa
lama kemudian ada beberapa orang yang meniru mengikutu jejak Polaman, tinggal dan
hidup di tepi danau itu, tetapi ada permintaan yang sangat penting dari
Polaman, ia meminta agar masyarakat yang tinggal di tepi danau itu untuk tidak
memancing atau menangkap ikan yang berada di dalam danau, karena salah satu
ikan dewa brahmana tinggal di dalam danau itu.
Penutup
Demikianlah cerita Asal-Usul
Danau Polaman, Nah salah satu nasihat yang dapat kita ambil dari cerita rakyat
ini adalah kita harus saling tolong-menolong dan menyanyangi semua makhluk
ciptaan Tuhan. Samapai di sini dulu ceritanya Wassalamualaikum Wr. Wb.